publik speaking
Penggunaan istilah public speaking ini sudah sangat lazim di telinga kita. Bukan istilah yang asing bagi masyarakat. Namun demikian ada beberapa definisi sebagai berikut:
Menurut Webster's Thrid International Dictionary , terdapat dua pengertian mengenai public speaking yakni “The art of process of speaking in public” dan “The art of Effective oral communications with an audience. Jadi menurut kamus ini public speaking adalah bagian seni dari proses penyampaian pidato didepan publik dan seni ilmu komunikasj lisan secara efektif dengan melibatkan pendengar (audiens).
(Tim PPK Public Speaking Tingkat Dasar / PPJ-Balai Diklat Kepemimpinan, Supriyanto). Bahkan sejarah mencatat bahwa kegiatan Public Speaking sudah dipraktikkan sejak jaman Sebelum Masehi yang dikenal dengan retorika. Terdapat 3 (tiga) bentuk retorika yang dituangkan berdasarkan tujuan dan fungsinya yaitu demi penemuan kebenaran, demi kekuasaan dan sebagai alat persuasi (Supriyanto-2019).
Kompetensi Public Speaking diharapkan dapat dipahami dan dipraktikkan dalam menunjang efektivitas pelaksanaan tugas pegawai Kementerian Keuangan. Meskipun kemampuan public speaking bukanlah sebuah kemampuan yang dibawa seseorang sejak lahir, namum public speaking dapat dibor dan dikembangkan oleh setiap orang, maka berangkat dari keyakinan ini saat kemarin penulis mengikuti PJJ Public Speaking secara online yang diselenggarakan oleh BDK Magelang, satu jargon yang terus melekat di benak penulis, jargon yang terus di “senandungkan” selama PJJ berlangsung adalah “public speaking itu mudah” ya “ Public Speaking itu Mudah”.
KPKNL Tangerang saya kembali mengadakan kegiatan "Forum Cinta Ilmu" (FCI). FCI dibawakan oleh Evi Rahmawati dengan tema " Public Speaking". Forum Cinta Ilmu sebagai sarana KPKNL Tangerang Saya melakukan sharing session / berbagi ilmu setelah pegawai melakukan kegiatan PJJ. Seperti dijelaskan di atas pemahaman tentang public speaking selain dari definisi tersebut tentu saja masih terdapat beberapa definisi lainnya. Namun secara umum public speaking adalah suatu seni komunikasi yang dilakukan secara lisan untuk menyampaikan ide,gagasan, pesan dan pendapat yang bertujuan menginformasikan, menghibur, mempengaruhi dan dilakukan didepan audiens dengan metode dan struktur tertentu.
Mengapa memerlukan metode dan struktur tertentu? Sama seperti kita memahami ketika seseorang berbicara di depan umum pastilah berbicara tidak asal asalan, berbicara haruslah minimal terstruktur, jelas dan tidak berbelit-belit. Kemampuan berbicara seperti itu tentu saja memerlukan latihan dan praktik secara konsisten yang dilakukan dengan sungguh-sungguh. Berbicara didepan umum akan menjadi lebih mudah dilakukan ketika seorang pembicara atau pembicara mampu mengemas pesan yang akan disampaikan didepan audiens dengan sempurna.
Nah, mari kita sederhanakan cara kita memahami mengapa public speaking itu menjadi mudah. Siapapun kita pada waktu tertentu pasti akan membutuhkan ketrampilan public speaking .
Menjadi seorang ASN yang menguasai kemampuan berbicara didepan publik adalah suatu keharusan. Jadi hilangkan perasaan tidak mampu dan perasaan rendah diri sedini mungkin. Beberapa manfaat mempelajari Public Speaking adalah untuk menunjang karir, menyatukan banyak orang untuk bersama, mendukung pencapaian target, membangun keyakinan dan kepercayaan diri, menjangkau waktu orang dalam waktu yang cepat, serta berbagai manfaat lainnya. Beberapa strategi dan juga metode memulai berbicara didepan publik salah satunya adalah dengan mempersiapkan diri sebaik mungkin, “biasakan membuka jalan di “otak” kata Coach Sampurna Budi yang akrab disapa Paman Sam untuk terus melatih kemampuan berbicara. Menghadirkan “WHY” atau alasan mengapa kita perlu berbicara. Salah satu teknik menghadirkan “WHY” adalah dengan teknik Miskat (secara psikologi) penonton /pendengar akan mendengarkan kita karena alasan alasan berikut :
A. Pembicara menawarkan sebuah solusi .
B. Pembicara memberikan sebuah cerita/pesan yang menarik.
C. Pembicara menjanjikan sebuah impian.
D. Pembicara bisa jadi menyampaikan sebuah ketakutan.
Mari kita memahami gambaran mungkin, sebagai contoh tema “meningkatkan kapasitas diri” adalah sebuah tema dengan “WHY” berupa solusi. Atau berbicara pembicara menceritakan tentang sebuah kisah menarik yang bisa diambil pelajaran/hikmahnya. Pembicara menjanjikan sebuah impian kesuksesan, penjualan produk tertentu secara cepat, dsbnya. Dan terakhir adalah bisa jadi pembicara menyampaikan sebuah ketakutan dengan tema “ bahaya narkoba “. Sederhana ya Sobat Tekad, langkah awal yang perlu kita persiapkan dengan baik adalah menghadirkan kerangka “WHY”.
Sebagai pembicara yang baik sekurang-kurangnya memenuhi unsur 4C+1D yaitu : kredibel (kredibilitas awal), kompeten (memiliki kemampuan), serasi (sesuai materi), peduli (peduli dan peka) dan dinamis (dinamis). Sehingga seluruh pesan akan tersampaikan dengan baik.
Nah tentu saja menyiapkan sebuah tema bukan satu-satunya yang perlu kita persiapkan dengan baik. Langkah selanjutnya dalah menyiapkan diri secara utuh, mental dan spiritual. Ups tenang saja, ini tidak seberat yang SobatTekad pikir. Tarik nafas dalam dan rasakan betapa kita sangat beruntung memiliki nafas hari ini. Pernah dengar ya, seorang pembicara yang tiba-tiba dilanda kegugupan, stres yang mendera. Jangan khawatir pasti ada solusinya.
Teknik Mengelola Kegugupan
Penulis menyadari bahwa berlatih public speaking tidak dapat dilakukan secara instan, bahkan dapat dikatakan ketika seorang pembicara belum berbicara langsung di depan audiens maka ia belum bisa merasakan praktik yang sebenarnya. Namum demikian tidak dapat dipungkiri bahwa pembicara pemula tentu saja tidak akan lepas dari perasaan gugup, rasa cemas dan bahkan terkadang tiba-tiba kosong di saat sebelum tampil.
Dan kondisi ini merupakan hal yang umum terjadi. Meskipun perasaan di atas merupakan perasaan yang secara umum wajar, tetap saja tidak boleh dibiarkan dan menjadi halangan, sehingga pembicara mampu menghadirkan penampilan yang terbaik. Yuk cari tahu bagaiman seharusnya kita menyikapi kondisi seperti tersebut diatas.
A. Sadarilah bahwa kegugugupan dan rasa cemas adalah sebuah perasaan yang normal.
B. Refleksikan tubuh menjadi kondisi yang lebih rileks, dengan tubuh yang lebih rileks maka perasaan, pikiran dan perilaku yang terbentuk akan otomatis menjadi lebih baik. Ketika perasaan membaik, pikiran kita lebih terkendali dan mampu menjadikan perilaku yang juga selaras.
C. Visualisasikan kesuksesan, penuhi pikiran kita dengan sebuah kesuksesan, membayangkan ketika kita berada didepan penonton kita mampu memikat mereka dengan sempurna, lalui prosesnya nikmati hasilnya.
D. Motivasi diri untuk terus berkembang dan memberikan penampilan yang terbaik. Geserlah fokus ke pikiran, gerakan tubuh (emosi tercipta) lakukan gerakan sefelksibel mungkin.
e. Tarik nafas dan aturlah pernafasan serileks mungkin. Lakukan berulang sebelum tampil di hari H.
F. Last but not least, penguasaan materi menjadi hal yang tentu harus dipersiapkan dengan matang.
Struktur Public Speaking
Dalam melaksanakan public speaking ada struktur yang harus dipenuhi agar kegiatan public speaking berjalan dengan lancar. Apa saja urutan struktur dalam public speaking tersebut.
A. Pembukaan : Salah satu kunci keberhasilan public speaking ada di 3 menit pertama ketika seorang pembicara berdiri di hadapan publik. Pada saat pembukaan , sebaiknya bukan sekedar salam dan sapa, pembicara yang baik harus mampu membangun chemistry yang tepat didepan penonton. Perkenalkan diri dengan santun dan sekaligus tumbuhkan building rapport dengan kerendahan hati dan edifikasi yang positif (memuji penonton denga bahasa yang tulus dalam hati dan tidak dibuat buat).
Sampaikan kredibilitas awal atau sederhananya menyajikan / menggambarkan reputasi baik yang melekat pada kita kepada penonton dengan cara yang menarik. Seorang pembicara yang baik harus memiliki default yang melekat yaitu SEO (smile, eye contact dan open Posture) , gunakan isyarat NODS (neutral, open pressed, dan strong). Yang pada intinya perlihatkan ekspresi wajah yang terbuka, bahasa tubuh yang positif, volume yang fleksibel namun tetap memperhatikan artikulasi (pengucapan/pelafalan), intonasi, serta aksentuasi/strech (penekanan /penitikberatan pada kata atau kalimat.)* aksentuasi /ak·sen·tu·a·si/ /akséntuasi/ 1 memberikan tekanan suara pada suku kata atau kata; 2 pengutamaan; penitikberatan; itu
Meskipun dalam pembukaan dibutuhkan kurang lebih 10 % atau dikatakan 5 sd 10 menit dari total waktu yang digunakan. Pada praktik sebenarnya seorang pembicara harus mampu menyajikan 3 menit pertama yang berpengaruh.
a. Isi Tubuh
Ada sebuah quote bagus “ 1 ton teori tidak lebih berharga jika tidak berlatih” begitulah berbicara di depan umum, tanpa berlatih dan berlatih secara langsung rasanya kemampuan berbicara di depan umum tidak akan mengalami peningkatan. Jika tadi di bagian awal disampaikan bahwa pembukaan harus minimalnya meninggalkan kesan memukai di 3 menit pertama, maka pada bagian kedua struktur dalam public speaking elemen yang juga harus diisi adalah body content yang juga tidak kalah memukau.
Dalam isi tubuh yang perlu dipahami adalah unsur unsur seperti :
A. Bahasa tubuh yang positif, volume yang fleksibel namun tetap memperhatikan artikulasi (pengucapan/pelafalan), intonasi, serta aksentuasi/strech (penekanan /penitikberatan pada kata atau kalimat. Tidak berbeda pada opening pada bagian body content seluruh default ini harus melekat pada seorang pembicara.
B. Tetapkan tema dan tujuan cerita, optimalkan penggunaan panca indra ketika menyampaikan tema tersebut kepada pendengar.
C. Upayakan terstruktur, tersusun dan terukur dengan baik, tidak perlu bertele tele, padat dan membungkus dengan gaya yang memikat pendengar dengan ciri-ciri khas yang dimiliki pembicara. Jika diselingi dengan metode storytelling, buatkan cerita dengan alur yang mengesankan.
D. Komponen body content setidaknya terisi 80


Komentar
Posting Komentar